Selasa, 28 Agustus 2007

FENOMENA PERUSAHAAN DOTCOM

Pada saat ini dalam menjalankan perusahaan diperlukan adanya upaya terhadap peningkatan kinerja perusahaan dalam upaya mempertahankan persahaan bahkan dalam upaya meningkatkan performa peruhaan, terobosan –terobosan yang dilakuan oleh pihak perusahaan dapat berupa peningkatan kualitas produksi, pemasaran, Sumberdaya manusia,dan yang lainya sesuai target yang diharapkan oleh perusaan.

Seiring dengan kemajuan jaman kita dapat melihat berbagai strategi perusahan dalam meningkatkan kinerja perusahaan seperti contohnya dalam hal pemasaran sekarang ini sudah banyak perusahaan yang melakukan pemasaran dan transaksi jual beli dengan menggunakan fasilitas teknologi electronis.

Keberhasilan Mungkin tidak banyak orang yang ingat akan kejayaan bisnis dotcom yang dianggap akan menjadi pemicu penting perubahan ekonomi dunia. Kejayaan bisnis dotcom yang dimulai pada tahun 1995 dan rontok bersamaan dengan Krisis Keuangan Asia 1998-1999 segera dilupakan orang dan menganggap bubble yang dialami perusahaan-perusahaan dotcom yang tumbuh bersama jaringan internet sebagai sedakan dalam perekonomian global.

Banyak suka dan duka yang dialami usaha dotcom, dan mereka yang selama ini bergerak di bidang usaha brick and mortar menganggap bisnis baru berbau futuristik ini tidak akan mampu bersaing dengan mereka. Sebaliknya, para wiraswasta dotcom pun sebenarnya ketika itu hanya ikut arus dan tidak memiliki fondasi bisnis yang kuat serta terarah, hanya berharap keuntungan dari derasnya serbuan perusahaan venture capital yang menanamkan modal pada perusahaan dotcom apa saja.

Ketika perusahaan dotcom berguguran karena gelembung ekonomi dan keuangan yang tidak mampu ditopang lagi, banyak yang menduga bahwa perusahaan baru yang futuristik ini tidak cocok untuk dunia sekarang yang masih dikuasai oleh cara-cara bisnis tradisional. Tidak ada yang salah dengan dugaan ini karena memang kenyataan yang berkembang memang menunjukkan usaha dotcom

Namun, di sisi lain kemajuan teknologi komunikasi informasi memberikan peluang yang sangat luas dan menjanjikan keuntungan yang luar biasa. Konvergensi teknologi dengan kehadiran ponsel yang semakin canggih, misalnya, menghadirkan jenis usaha baru yang disebut content provider yang menyediakan berbagai layanan jasa, mulai dari ringtone sampai tebak hadiah yang mencapai miliaran rupiah.

Layanan iklan Google sekarang ini, misalnya, juga menyediakan fitur yang memungkinkan diputarnya sebuah reklame selama 30 detik berkat kemajuan teknologi broadband. Iklan dengan tayangan bergerak 30 detik selama ini menjadi andalan stasiun teve dan menjadi tumpuan pendapatan yang sangat besar.

Usaha melalui Internet yang lebih populer dengan sebutan bisnis dotcom pada awal tahun 2000 lalu nampaknya masih belum sepenuhnya kembali pulih. Bahkan para pengamat masih meragukan masa depan beberapa perintis perusahaan dotcom kelas dunia yang pernah berjaya sebelumnya.Seperti perusahaan Amazon.com sebagai perintis perdagangan elektronis (e-commerce) nasibnya masih dikhawatirkan. Harga sahamnya terus merosot, sehingga kehilangan sampai 88 persen nilainya sejak harga saham perusahaan ini mencapai puncaknya 14 bulan yang lalu.


Paling tidak setengah lusin analis Wall Street merendahkan saham perusahaan retail Internet ini. Bahkan secara pedas mereka mengkritik perusahaan dotcom ini akan menghabiskan uangnya untuk bisa mendanai operasinya sampai akhir tahun ini.


Meskipun demikian, sangkaan yang juga termuat dalam harian International Herald Tribune edisi 22 Februari lalu ini dengan keras dibantah pihak Amazon. Perusahaan ini menolak perhitungan matematis para penganalisis pasar saham dengan menyebut mereka tidak akurat dan kesimpulan mereka tentang sebuah krisis likuiditas itu "bodoh".


Merosotnya saham perusahaan dotcom ini ternyata juga diiringi anjloknya saham perusahaan yang berada pada second grade Nasdaq, AS. Akibatnya perusahaan itu banyak mengurangi tenaga kerjanya, termasuk Amazon yang berusaha tetap bertahan dengan menghentikan sekitar 200 karyawannya, terutama yang berkaitan dengan layanan pelanggan.


Belakangan juga banyak dilaporkan perusahaan dotcom mengalami kemunduran, seperti harga sahamnya terus merosot sehingga banyak dilakukan pengurangan dan pemecatan karyawan.


Lihat saja CNN yang demikian terkenal harus memotong 130 pekerjaan, News Corp menggulung unit media digitalnya dengan memecat 200 pekerjanya, The New York Times memotong 17 persen pekerjaan media barunya, TheStreet. com memecat 20 persen stafnya, NBC Internet membebaskan 20 persen, CNBC. com 25 persen, Knight Ridder Inc merampingkan 16 persen.


Gelombang keruntuhan perusahaan dotcom ini bahkan diperkirakan masih belum mencapai titik terendahnya. Termasuk perusahaan dotcom di Indonesia yang baru merintis cara baru berbisnis di dunia maya ini harus menerima lecutan gelombang yang berasal dari negara maju.


Dampaknya memang tidak sedramatis di negara maju, namun dengan diakuisisinya Satunet dan Astaga!com, dua perusahaan dotcom yang sempat mengagetkan bisnis Internet di Indonesia, membuktikan adanya imbas itu. Namun, mengingat bisnis dotcom di Indonesia ini masih permulaan, kemungkinan besar pengaruhnya juga berbeda.


***


BISNIS melalui Internet yang terjadi di negara seperti Amerika Serikat sudah sama dengan bisnis lainnya, harus menghasilkan keuntungan. Jika sudah tidak menguntungkan mereka harus segera menghentikan, atau paling tidak melakukan efisiensi dengan mengurangi tenaga kerjanya dan mencari model bisnis baru yang bisa memberikan keuntungan.


"Kebanyakan perusahaan dotcom di Indonesia masih bersifat meningkatkan fisibilitas dan awareness," kata Andreas Diantoro, Country Manager Business Customer Sales Organization PT Hewlett-Packard Indonesia, usai mengikuti acara peresmian Warintek (warung informasi dan teknologi), Rabu (27/2) di Jakarta. Program Warintek 9000 merupakan kerja sama antara Kantor Menristek dengan dua perusahaan swasta PT Hewlett-Packard Indonesia dan PT Myohdotcom Indonesia.


Namun demikian, menurut Andreas, untuk bisa maju memang harus mencari model bisnis yang bisa menghasilkan keuntungan. Seperti yang dilakukan M-Web, perusahaan pay-TV di Afrika Selatan dengan mengakuisisi Satunet dan Astaga yang sangat mirip. Sementara M-Web sendiri sebelumnya juga membeli ISP (penyedia layanan jasa Internet) Cabinet, selain membangun portalnya sendiri.


"Apa yang dilakukan M-Web ini merupakan strategi untuk menghasilkan income. Kalau hanya mengandalkan portal saja, seperti Astaga yang hanya mengandalkan penghasilan dari iklan jelas tidak cukup," tambah Andreas.


Mantan Manager Strategi dan Implementasi Astaga Harry Surjadi melihat bisnis dotcom yang mulai tumbuh di Indonesia tahun lalu, hingga kini masih mencari konsep atau model. Dalam hal ini paling tidak ada dua model pengembangan perusahaan dotcom yang dilakukan, yaitu seperti Yahoo yang langsung membentuk portal dan mengarah pada layanan e-commerce atau mulai dari ISP seperti Amazone kemudian ke e-commerce.


Ia melihat ada kecenderungan portal besar akan melokal, karena masalah bahasa dan muatan lokal yang tidak mungkin ditangani sendiri. Yahoo misalnya telah melakukan dengan membuka portal lokal di negara bagian di AS, Jepang, Cina, dan Amerika Latin.


Globalisasi dengan masuknya portal besar dunia ke Indonesia misalnya bakal mengancam portal yang telah ada. Karena mereka sudah terkenal dan tidak memerlukan lagi biaya promosi atau membangun brand image, seperti yang dilakukan oleh Astaga. Namun portal lokal bisa bersaing dengan mengembangkan muatan lokal lebih banyak.


***


MODEL bisnis yang baik mengurangi kebakaran modal yang selama ini menjadi ciri banyak perusahaan dotcom. Dengan model bisnis yang tepat dan baik, beberapa dotcom Indonesia ternyata bisa survive dan terus berkiprah dengan baik.


"Yang terjadi di Indonesia memang ada beberapa yang harus meredefinisi ulang model bisnis ataupun sedikit mengerem ekspansinya. Ada juga yang sampai diakuisisi oleh perusahaan lain, mungkin beberapa ada yang harus menghentikan kegiatan usahanya," kata Eddie R Darajad dari Indoexchange.com.


Namun demikian Eddie mengingatkan, turunnya rating perusahaan dotcom maupun teknologi itu tidak sepenuhnya terjadi pada seluruh model bisnis dotcom. Karena masih banyak pula yang masih tetap dalam keadaan yang bagus, seperti layanan atau portal finansial, perjalanan dan sebagainya.


Terkoreksinya indeks Nasdaq bulan April tahun lalu menandakan investor mulai lebih selektif dan realistis dalam menilai perusahaan dotcom. "Memang ada di antaranya yang memiliki model usaha yang solid, meskipun banyak pula yang tidak," kata Eddie. Sementara terkoreksinya indeks Nasdaq belakangan ini, menurut Eddie, lebih disebabkan masalah makro-ekonomi AS saja.


Paling tidak keyakinan pengamat dan penulis teknologi informasi Dr Onno W. Purbo ini selaras dengan pendapat pengamat di atas. Kebanyakan perusahaan bisnis Internet bisa melewati fenomena runtuhnya perusahaan dotcom akhir-akhir ini karena memiliki fokus usaha yang tajam.


Indosatcom www.dagang 2000.com bekerja sama dengan www.meetchina.com memfokuskan pada fasilitasi perdagangan elektronik B2B (bukan B2C seperti kebanyakan dotcommers). Pola hybrid antara perdagangan secara real atau fisik disatukan dengan dunia cyber menjadikan konvergensi dagang yang sempurna.


LippoShop.com berbeda dengan dagang2000.com, mereka memfokuskan lebih kepada B2C dengan start awal captive market Lippo yang sudah ada. Parapak, salah seorang Komisaris LippoNet mengakui pola hybrid juga dilakukan yang ternyata menunjukkan bahwa sekitar 90 persen transaksi melalui metoda konvensional, bukan Internet.


IndoExchange.com, salah satu portal tertua Indonesia merupakan contoh sebuah dotcom yang fokus pada masyarakat industri finansial dan bursa. Informasi keuangan, berita bisnis, index saham, portfolio berbagai perusahaan menjadi transparan sehingga menarik pemain bursa berlangganan ke IndoExchange. com. Para traveller akan terpikat pada BaliOnLine indo.com. Itu merupakan contoh sukses mereka yang berkiprah di komunitasnya.


Komunitas yang fokus menjadi karakter utama model bisnis bagi perusahaan dotcom yang sukses. RadioClick.com bermitra dengan stasiun radio swasta di berbagai kota dan menggarap komunitas di radio tersebut. Pemberdayaan keberadaan komunitas menjadikan usaha win-win antara perusahaan Internet dengan komunitasnya.


***


MASUKNYA M-Web ke bisnis dotcom di Indonesia bagaimanapun merupakan fenomena yang menarik. Menurut Mardyana Djajakusuma, Vice President Marketing M-Web, usaha ini merupakan yang ketiga bagi perusahaan Afrika Selatan itu dalam memasuki pasar Asia, setelah Thailand dan Cina.


Menurut Margie, panggilan akrab Mardyana, M-Web mempunyai target akan memberikan layanan e-commerce dan penyedia layanan Internet nomor satu di Indonesia. Target ini, menurut dia, bahkan sudah tercapai saat ini, karena sekitar 70 pangsa pasar portal Indonesia telah dikuasainya dengan membeli Astaga yang merupakan portal terbesar saat ini dan Satunet.


Perusahaan yang menjadi saingan berat bagi Lippo ini selain membeli portal dan Internet cafe, juga masih berencana membeli ISP lain selain Cabinet. Semua itu dilakukan untuk mengantisipasi masuknya perusahaan dotcom raksasa, seperti Yahoo dan MSN.


M-Web menyadari Yahoo yang memiliki akses 3 juta page-view per hari masih terlalu besar bagi kedua perusahaan yang dibelinya, Astaga dan Satunet, yang masing-masing baru berkisar 750 ribu dan di bawah 500 ribu per hari. Sehingga perlu dibuat strategi yang kuat untuk menghadapi masuknya raksasa-raksasa dotcom yang bakal menjadi saingannya itu.


Ambisi M-Web untuk merajai bisnis dotcom di Indonesia ini antara lain dengan menguasai aspek Internet dan menawarkan satu paket layanan berbasis Internet, termasuk akses tanpa kabel, e-solution untuk pengembangan jaringan, fasilitas hosting. Sasaran penawarannya pada perusahaan besar yang akan mengembangkan corporate web.


Melihat antisipasi yang demikian hebat ini, maka tampaknya bisnis dotcom di tanah air ini ke depannya akan semakin semarak. Perkembangan ini akan mendorong berkembangnya bisnis lainnya, seperti jasa kurir, web developer, dan masuknya perusahaan dotcom ke pasar bursa (go public). Saat ini perusahaan dotcom lokal yang telah go public, di antaranya Myohdotcom.


Meskipun demikian tetap ada kekhawatiran, seperti yang diungkapkan Harry, bahwa perusahaan dotcom besar akan melindas perusahaan-perusahaan kecil dalam negeri. Sudah seharusnya pemerintah memberikan dukungan mulai dari sekarang untuk menghadapi persaingan keras masa mendatang.


Dukungan pemerintah, menurut Harry, seperti pembebasan pajak untuk transaksi di Internet seperti yang dilakukan AS. Selain itu juga harus dikembangkan pemanfaatan internet hingga mencapai critical mass. Seperti di Singapura saat ini setiap rumah telah memiliki minimal dua komputer. Demikian pula di tiap sekolah telah diajarkan dan disediakan fasilitas komputer.


Pemerintah juga harus bisa mendorong berkembangnya e-goverment. Dengan e-gov dapat dicapai otomatisasi di bea cukai hingga mengurangi praktek suap, akan tercapai transparansi dalam hal penawaran pengadaan barang di Internet. Adanya e-gov akan terbentuk pemerintahan yang demokratis dan bersih.


Sementara menurut Ichjar Musa, Ketua Tim Aplikasi Telematika Indonesia, e-goverment sebetulnya telah dimulai di beberapa departemen atau instansi pemerintah seperti di Departemen PU, Depkes, Depkeu, dan Bakosurtanal.


E-goverment diharapkan akan meningkatkan kualitas pelayanan langsung pada masyarakat, misalnya, dalam hal pengurusan sertifikat tanah, dan KTP, atau pembayaran PBB. Tujuan lain adalah meningkatkan produktivitas aparatur serta meningkatkan efisiensi, antara lain dalam hal administrasi kepegawaian, dan juga untuk membuka jendela transparansi.


Pengembangan e-goverment di Indonesia kendalanya pada SDM yang kurang, baik dari jumlah dan keahliannya, selain dana yang terbatas. Dalam hal ini yang harus dipersiapkan bukan hanya infrastruktur tapi juga muatannya.

2 Kebangkitan Bisnis Dotcom


René L Pattiradjawane



Kebangkitan Google


Namun, di sisi lain kemajuan teknologi komunikasi informasi memberikan peluang yang sangat luas dan menjanjikan keuntungan yang luar biasa. Konvergensi teknologi dengan kehadiran ponsel yang semakin canggih, misalnya, menghadirkan jenis usaha baru yang disebut content provider yang menyediakan berbagai layanan jasa, mulai dari ringtone sampai tebak hadiah yang mencapai miliaran rupiah.


Ketika harga saham Google Inc meningkat 11 persen pekan lalu menjadi 336,72 dollar AS di New York Stock Exchange, perusahaan yang menghasilkan mesin pencari paling besar di dunia ini menjadi sebuah fenomena baru kebangkitan usaha dotcom.


Walaupun Google melakukan berbagai diversifikasi, perusahaan yang didirikan Larry Page dan Sergey Brin tetap menjadi situs pencari (www.google.com) yang paling menarik minat orang dan lebih unggul dari dua pesaingnya, Yahoo dan Microsoft Corp.


Google sekarang tidak hanya menjadi sebuah situs pencari paling besar dan paling cepat yang tersedia di internet, tetapi menjadi sebuah fenomena baru yang secara langsung menjadi ancaman bagi media tradisional seperti surat kabar dan televisi.


Layanan iklan Google sekarang ini, misalnya, juga menyediakan fitur yang memungkinkan diputarnya sebuah reklame selama 30 detik berkat kemajuan teknologi broadband. Iklan dengan tayangan bergerak 30 detik selama ini menjadi andalan stasiun teve dan menjadi tumpuan pendapatan yang sangat besar.


Karena itu, tidak mengherankan, dalam rangka memperluas keuntungannya, Google Inc merencanakan membangun jaringan akses kecepatan tinggi nirkabel (wireless) di San Francisco secara gratis. Harapannya, dengan memberikan kemudahan untuk mengakses ke mesin pencari Google, secara teoretis orang-orang pun akan meng-klik iklan-iklan yang ada dalam situs pencari mereka.


Merencanakan untuk membeli saham minoritas di America Online (AOL) milik Time Warner Inc, Google sekarang mempekerjakan kurang dari 5.000 pegawai dan menjadi perusahaan dotcom yang menjanjikan.


Memberikan kemudahan


Memang masih ada pertanyaan apakah Google Inc akan menjadi sebuah fenomena baru kebangkitan bisnis dotcom yang sekarang ini seolah-olah ditinggalkan orang. Bulan Agustus lalu, fenomena kebangkitan bisnis dotcom sebenarnya mulai terlihat ketika Yahoo membayar 1 miliar dollar AS membeli saham mayoritas perusahaan e-commerce China Alibaba.com.


Kemajuan teknologi komunikasi informasi telah mengubah berbagai posisi bisnis brick and mortar yang masih tetap menjadi kekuatan bisnis dan sumber keuangan yang belum tertandingi. Akan tetapi, di sisi lain kehadiran usaha dotcom baru dan para content provider memang telah menjadi ancaman serius bagi media massa tradisional yang selama ini ”mengira” sebagai satu-satunya sumber informasi.


Ketika Asian Wall Street Journal, harian berbahasa Inggris paling tua di kawasan Asia Pasifik, mengumumkan pengetatan biaya operasinya dengan mengganti format menjadi ukuran tabloid, terlihat betapa ancaman bisnis dotcom dan content provider merupakan sebuah kenyataan yang tidak bisa dihindari oleh koran, majalah, dan sejenisnya.


Sumber informasi di tengah konvergensi teknologi komunikasi informasi memang telah bergeser dari koran dan televisi. Informasi mengenai kenaikan harga bahan bakar minyak atau bom Bali II akan secara cepat tersebar di jaringan internet maupun melalui SMS ke berjuta-juta orang dalam sekejap.


Untung di Indonesia para penyedia akses jaringan internet dan para operator tidak seagresif usaha sejenis di luar negeri. Dan untung juga regulator dan pemerintah masih tidak kreatif sehingga media massa tradisional masih bisa berjalan seperti sekarang ini, walaupun jejaknya sudah tidak lagi semasif masa lalu.


Salah satu keberhasilan bisnis dotcom di berbagai negara adalah karena dukungan infrastruktur dan tertatanya regulasi secara jelas. Banyak hal yang terjadi pada bisnis dotcom, dan kematangannya melalui berbagai pembelajaran dan kreativitas, memang tidak akan menggantikan toko buku atau koran, tetapi memberikan berbagai kemudahan yang tidak kita nikmati sebelumnya.

3 "EMARKETING - 50% Psikologis dan 50% Teknologi"


Oleh : Bob Julius Onggo*


Jangan bermimpi membangun bisnis internet dari nol dan berhasil apabila tidak memaksimalkan kekuatan Internet sebagai sarana pembangun brand dan pembangun kredibilitas dan kepercayaan.


Karena itu urutannya adalah E-MARKETING yg Sukses maka akan menuntun pada E-BISNIS yang sukses.


Agar inisiatif strategi E-MARKETING sukses maka diperlukan MESIN-MESIN EMARKETING (lihat di sini)yang akan membantu promosi internet yang berhasil. Mesin-mesin eMarketing berbeda dengan mesin-mesin E-Bisnis.


Informasi dan uraian ttg Mesin-mesin eMarketing yang terdapat di situs web kami adalah mesin-mesin yang sangat sederhana namun aplikatif dan suatu KEHARUSAN bagi siapapun atau korporat yang ingin memaksimalkan keberadaan situs web korporat mereka di dunia maya.


Sesuatu yang sederhana bukan berarti tidak efektif justru yang KEBENARAN adalah yang sederhana. Orang marketing melihat segala sesuatu harus di sisi yang aplikatif dan sederhana namun BERMANFAAT bagi sisi pelanggan.


Namun orang TI menganggap yang RUMIT dan njelimet adalah yang HEBAT atau COOL! namun belum tentu yang njelimet dan MAHAL bersifat aplikatif bagi calon pelanggan Anda.


Agar inisiatif strategi E-MARKETING sukses maka diperlukan MESIN-MESIN EMARKETING (lihat di sini)yang akan membantu promosi internet yang berhasil.


---

Mengenai Bob Julius Onggo dapat dilihat di:

http://www.bjoconsulting.com/bjo/index.htm


"Dotcom Indonesia 2003 - Masih Ada Hari Esok"


Oleh : Daniel Siburian*


Dear, Netter M-Web....

Karena satu dan lain hal, dengan sangat menyesal portal Mweb.co.id tidak bisa memberikan layanan konten seperti biasa, setelah selama dua tahun dua bulan menemani netter sekalian. Kami berharap, Mweb.co.id tetap berada di hati netter semua, dan tertulis dalam tinta emas sejarah internet Indonesia. Dalam waktu dekat, situs ini akan mohon pamit dari dunia maya...


Pernyataan di atas termuat di halaman utama (welcome page) situs mweb.co.id bulan November lalu. Sungguh tragis kalau kita mengingat betapa percaya dirinya mereka ketika pertama kali menjejakkan kakinya di Indonesia.


Anak perusahaan MIH Limited, yang berkedudukan di Afrika Selatan, langsung menggebrak dengan membeli tiga dotcom besar di tanah air: Astaga.com, Satunet.com dan kafegaul.com. Mengikuti jejak Astaga.com, mweb.co.id juga melakukan kampanye iklannya gede-gedean.


Walaupun telah "mohon pamit dari dunia maya" bukan berarti M-Web Indonesia kabur begitu saja. Menurut pengakuan David Burke, Presiden Direktur PT Mweb Indonesia, kepada detik.com (http://www.detikinet.com/net/2002/11/15/20021115-150656.shtml), mereka masih menyisakan 25 karyawan pada Maret 2003. Mereka inilah yang nantinya akan menjalankan bisnis mobile services dan QQ Messenger, dan tiga portal internetnya: Astaga.com, Satunet.com dan Kafegaul.com.


Mweb.co.id bukan satu-satunya dotcom besar Indonesia yang mohon pamit. Kopitime.com, yang telah mencatatkan diri di lantai bursa, juga telah menyatakan diri bangkrut. Begitu pula dengan Lippostar.com, yang hingga tulisan ini ditulis masih menyisakan persoalan dengan sebagian karyawannya. Penutupan ini mengikuti jejak saudara kandungnya, Lipposhop.com.


Penutupan situs-situs besar ini bisa dikata masih merupakan lanjutan dari jatuhnya bursa Nasdaq pada 2000. Kala itu, harga-harga saham start up tiba-tiba terbanting, kepercayaan investor menurun drastis. Dotcom Indonesia ikut kena imbasnya. Ambil contoh Astaga.com, yang dengan modal $7,5 juta AS berharap dapat meraup dana segar hingga $40 juta AS dengan listing di bursa saham (PANTAU, Tahun II Nomor 021, Januari 2002).


Impian yang urung jadi kenyataan.


Situasi serba memprihatinkan juga menimpa dotcom-dotcom lain. Sebagian di antaranya sudah berada dalam kondisi hidup segan mati tak mau. Bahkan sudah ada yang siap-siap gulung tikar.


Apakah itu berarti bisnis dotcom di Indonesia tidak prospektif lagi? Dalam hemat penulis jawabannya adalah prospek bisnis tetap ada. Masalahnya sekarang sejauh mana para pengelola dotcom menjalankan strategi bisnisnya.


Berkaitan dengan hal tersebut di atas, ada baiknya kita coba melihat apa saja langkah-langkah yang telah dilakukan para pelaku bisnis dotcom di tanah air untuk meraih pemasukan di tahun 2002 dan menyiasati pasar. Setelah itu kita akan melihat ke arah mana kira-kira bisnis ini akan bergulir tahun depan.

* * *


Pada kuartal keempat tahun ini, Detik melakukan terobosan baru dengan meluncurkan layanan "pay for content". Memakai merek dagang detikPlus (www.detikplus.com) Detik menjalin kerja sama dengan puluhan "penerbit koran, majalah, tabloid, lembaga riset, penerbit buku, novelis, cerpenis, penulis cerita bersambung dan sebagainya" dalam penyediaan kontennya dan untuk untuk mengaksesnya netter harus membayar sejumlah uang.


Untuk saat ini, tarif dipatok pada harga Rp 55.000,00 per bulan dengan kemungkinan diskon 10%-30% bila menjadi pelanggan 3-12 bulan sekaligus. Harga ini masih bisa bertambah bila netter memilih "advance modul" yang dibayar per item.


Langkah yang sama juga dilakukan Tempo Interaktif (www.tempointeraktif.com). Unit bisnis dari Tempo Group ini mengenakan iuran bulanan bila para netter mengakses versi online dari Koran Tempo dan Majalah Tempo (Indonesia dan Inggris).

Sejauh mana terobosan ini telah berhasil?


Dari perbincangan dengan seorang rekan di Detik, hingga saat ini, jumlah netter yang memanfaatkan detikPlus baru ratusan orang. Sementara untuk Tempo Interaktif, sejauh ini penulis belum mendapatkan informasi yang bisa dipercaya. Tapi hampir bisa dipastikan, nasibnya juga tidak jauh berbeda.


Terobosan bisnis lain yang dilakukan Detik adalah menyediakan layanan pemesanan tiket secara online (online ticketing). Dengan mengusung nama "Ticket Box" netter dimungkinkan untuk memesan tiket pertunjukan maupun seminar.


Mengikuti jejak Detik, Kompas Cyber Media (www.kompas.com) juga melakukan langkah serupa.


Perbedaan yang langsung terlihat ketika mengunjungi kedua situs ini adalah Ticket Box milik Detik tampak lebih informatif dibanding milik KCM.


Dotcom lain yang telah lebih dahulu memasuki lahan bisnis baru ini adalah www.karcismasuk.com dan www.aspri.net. Kalau Karcismasuk lebih condong ke pertunjukkan, Aspri mengkhususkan diri pada seminar, yang bisa diakses langsung di www.6221.net. Selain "pay for content" dan "online ticketing" dotcom Indonesia juga telah mulai memposisikan diri sebagai content provider untuk operator seluler.


Memanfaatkan booming SMS (short message service), operator seluler tampak giat mengembangkan value added service (VAS) dari SMS ini.


Layanan SMS VAS ini bisa berupa informasi berita aktual, jadwal film, acara, horoskop, logo ponsel, ring tone hingga game interaktif.

Beberapa dotcom yang telah menjalin kerja sama dengan operator seluler ini adalah M-Web Indonesia, KCM, dan Indo.com (www.indo.com).


Keuntungan yang didapat dengan menjadi content provider cukup menggiurkan. Ambil contoh M-Web Indonesia. Menurut pengakuan David Burke, 20% dari total pendapatan M-Web Indonesia berasal dari SMS VAS ini (Warta Ekonomi, No. 21/XIV/ 2 September 2002). M-Web memasuk konten untuk IM3, Satelindo dan Excelkomindo.


Di luar tiga lahan bisnis baru di atas, dotcom Indonesia juga tetap mengharapkan pemasukan dari iklan dan transaksi ecommerce. Walaupun untuk dua yang terakhir ini penulis kurang melihat adanya terobosan-terobosan kreatif dari para dotcomer untuk memancing para pengiklan dan netter memanfaatkan keunggulan kompetitif mereka.


Kebanyakan masih terpaku pada model banner tradisional.

Fenomena lain yang bisa kita lihat di tahun 2002 ini adalah munculnya kesadaran untuk bermain diceruk sempit (niche market). Kegagalan bisnis lippostar.com, kopitime.com dan mweb.co.id menjadi pelajaran berharga betapa mahal harga sebuah "megaberita" bila tidak memiliki model bisnis yang jelas. Situs "megaberita" yang tersisa tinggal detik.com dan astaga.com.


Memang peluang bisnisnya masih ada dan Tempo Interaktif serta KCM, dengan seabrek kelebihan yang ada, tetap memiliki peluang untuk menjadi pemain utama di pasar yang satu ini.

Beberapa situs yang mencoba membidik segmen pasar khusus ini adalah kafegaul.com dan rileks.com (gaya hidup dan hiburan), matamata.com dan parisvanjava.net (cityguide), mainsaham.com dan e-samuel.com (saham) serta wartajazz.com dan musickita.com (musik).


Ada pula situs yang sejak didirikan memang sudah dimaksudkan untuk menjadi situs ecommerce dalam pengertian luas. Ambil contoh 6221.net dan karcismasuk.com (online ticketing), atau glodokshop (www.glodokshop) dan bhinneka (www.bhinneka.com) yang menjual barang-barang elektronik.

* * *


Sekarang mari kita melangkah lebih lanjut, melihat sejauh mana peta bisnis dotcom di tahun mendatang, tahun 2003.

Pertama, situs-situs berita ataupun yang contextual commerce (yang mensinergikan berita dan ecommerce) belum akan meraup untung sepenuhnya dari penjualan ruang maupun transaksi ecommerce.


Mereka masih akan menggantungkan diri pada induknya atau bisnis lain. Kita bisa melihat misalnya, Detik yang masih akan tergantung pada Agrakom.


Kedua, masih berkaitan dengan yang pertama, untuk menutupi biaya operasional, situs-situs bersangkutan, baik bekerjasama dengan perusahaan induk maupun menjadi bagian dari unit usaha situs ini sendiri, akan kian gencar menawarkan e-solution kepada perusahaan-perusahaan yang dianggap potensial.


Dotcom-dotcom yang memberikan layanan e-solution ini di antaranya adalah Detik, KCM, Indoexchange (www.indoexchange.com), Rileks dan Matamata.


Ketiga, kerjasama dengan pihak ketiga untuk memperkuat konten, yang telah mulai terlihat di tahun 2002 akan menjadi tren di tahun 2003. Ini ditopang oleh munculnya situs-situs yang mengkhususkan diri pada segmen pasar tertentu, yang kian spesifik.


Ambil contoh, M-Web Indonesia yang menjalin kerja sama dengan Bali Info Iklanindo Semesta (www.paketrupiah.com), atau DetikMall, yang bekerja sama dengan Net Nusantara (www.netnusantara.com).

Keempat, walaupun Indonesia telah masuk daftar black list untuk transaksi ecommerce melalui kartu kredit, volume transaksi ecommerce tampaknya akan terus meningkat.


Mengapa? Karena dengan kemunculan internet banking, terutama kehadiran Klik BCA (www.klikbca.com), keinginan netter untuk belanja online tidak akan surut. Pengalaman penulis di Matamata.com menunjukkan bahwa penggunaan fasilitas internet banking ini terus meningkat, sementara pemakaian kartu kredit cenderung menurun. Netter lebih cenderung menggunakannya ketika melakukan transaksi belanja dengan sistem kredit.


Kelima, kue iklan untuk dotcom akan terus bertambah dan dotcom-dotcom besar akan ketiban rejeki. Ucapan terima kasih harus diberikan kepada biro-biro iklan menengah dan besar yang telah menjadi e-marketing/e-solutions, sebagai salah satu unit usaha mereka. Ogilvy, Lowe dan Cabe Rawit bisa dijadikan contoh biro iklan yang telah menjejakkan kakinya.


Pada titik ini, kreatifitas iklan pun akan terus berkembang. Netter tidak lagi hanya disuguhi model banner tradisional. Pada titik ekstrim malah sebuah produk bisa menjadi sponsor tunggal suatu situs, seperti yang dilakukan salah satu perusahaan rokok di tanah air (www.djarumsuper.com).


Berdasarkan pemaparan di atas, bisa disimpulkan bahwa bisnis dotcom di tanah air masih menjanjikan, masih ada hari esok untuk bisnis internet di Indonesia. Tutupnya dotcom-dotcom besar bukan berarti hari kiamat bagi dotcom Indonesia, tapi malah menjadi pemicu para dotcomer untuk semakin berpikir rasional, mengikuti hukum ekonomi paling elementer, yaitu hukum permintaan dan penawaran. Hukum yang di(ter)lupakan karena terlalu bermimpi meraup untung besar melalui lantai bursa.***


---

Daniel Siburian, Penulis adalah e-Business Analyst di Adelva Solutions, Content Manager Matamata.com

4 Fenomena Dotcom

Dengan berkembangnya akses & massa pengguna Internet di Indonesia, memicu perkembangan usaha di atas Internet yang kita kenal sebagai dotcom.


Kehancuran dotcom di awal tahun 2000 menjadi pelajaran bagi banyak dotcommers di dunia. Model bisnis yang baik mengurangi kebakaran modal yang selama ini menjadi ciri banyak dotcommers. Dengan model bisnis yang tepat & baik, beberapa dotcom Indonesia ternyata bisa survive dan terus berkiprah dengan baik. Detik.com dan Kompas.com merupakan contoh sukses bagi banyak dotcommers Indonesia. Media online memang menjadi primadona model dotcommers yang sukses di banyak negara.


Tentunya masih banyak dotcommers yang juga bisa survive di Indonesia dengan fokus usaha yang tajam. Indosatcom www.dagang2000.com bekerjasama dengan www.meetchina.com memfokuskan pada fasilitasi perdagangan elektronik B2B (bukan B2C seperti kebanyakan dotcommers). Pola hybrid antara perdagangan secara real / fisik di satukan dengan dunia cyber menjadikan konvergensi dagang yang sempurna. LippoShop.com berbeda dengan dagang2000.com, mereka memfokuskan lebih kepada B2C dengan start awal captive market Lippo yang sudah ada. Pola hybrid juga dilakukan yang ternyata menunjukan bahwa ~90% transaksi melalui metoda konvensional bukan Internet demikian diakui oleh Parapak salah seorang Komisaris LippoNet. APEC pada saat ini sangat aktif menginternetisasi negara APEC. E-commerce adalah salah satu yang paling gencar dengan adanya APEC High Level Symposium on E-Commerce and Paperless Trading di Beijing 9-10 February 2001.


Komunitas yang fokus menjadi karakter utama model bisnis dotcommers sukses. RadioClick.com bermitra dengan stasiun radio swasta di berbagai kota & menggarap komunitas di radio tsb. Pemberdayaan keberadaan komunitas menjadikan usaha win-win antara dotcommers dengan komunitasnya. Natnit.net menggarap komunitas WARNET di seluruh Indonesia, melalui majalahnya interaksi dilakukan. Data lengkap 1200+ WARNET yang bertambah 4-10 WARNET / hari dapat dilihat di Natnit.net. IndoExchange.com salah satu portal tertua Indonesia contoh sebuah dotcom yang fokus pada masyarakat industri finansial / bursa. Informasi keuangan, berita bisnis, index saham, portfolio berbagai perusahaan menjadi secara transparan sehingga menarik pemain bursa berlangganan ke IndoExchange.com. Bagi para traveller, turis akan sangat terpikat pada BaliOnLine indo.com. Mereka contoh beberapa dotcommers Indonesia yang sukses berkiprah di komunitasnya.


Keberhasilan para dotcommers menarik banyak usaha pendukungnya. Internet Data Center (biz.net.id) membuka peluang untuk menyimpan data dalam jumlah besar dan murah di Internet. Usaha mendata dotcommers dilakukan oleh beberapa portal seperti indopage.com, searchindonesia.com & bluebookdirectory.com.


Web programmer dan teknisi jaringan Internet menjadi keahlian yang amat dicari-cari oleh banyak perusahaan. Memang sebagian besar ilmu Internet dapat dipelajari sendiri di Internet melalui mailing list, web, manual perangkat lunak. Sialnya, kesempatan itu masih sangat terbatas bagi dua (2) juta orang Indonesia saja. Alangkah baiknya inisiatif seperti SMK plus TI (smk-ti@yahoogroups.com) yang di motori DIKMENJUR dapat dikembangkan ke jenjang sekolah lainnya baik SMP & SMU. Sekolah Tinggi Informatika (STMIK dll) tampaknya menjadi tumpuan untuk supply SDM TI. Mereka sering kali lebih siap pakai dibandingkan PTN untuk mensupply kelangkaan tenaga TI yang saat ini banyak di isi orang asing khususnya India.


Referensi :

smk-ti@yahoogroups.com)

indopage.com,

searchindonesia.com

bluebookdirectory.com.

LippoShop.com

dagang2000.com,

BaliOnLine indo.com

Daniel Siburian, Penulis adalah e-Business Analyst di Adelva Solutions, Content Manager Matamata.com

René L Pattiradjawane



Tidak ada komentar: